![]() |
KH. Sona'i Abdurrahman. |
1.Haji adalah amalan yang teramat mulia. Sampai-sampai yang berhaji disebut
dengan tamu Allah (dhuyufulloh,dhuyufurrohman) dan apa saja yang mereka
panjatkan pada-Nya mudah diperkenankan. Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang
yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka,
mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada
Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
2.Amalan haji terutama haji mabrur termasuk dalam jajaran amalan yang
paling afdhol. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian
apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR.
Bukhari no. 1519)
3.Dan haji pun termasuk jihad. Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu
‘anha, ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah
amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad “ Tidak. Jihad
yang paling utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu alaihi wa
sallam.? (HR. Bukhari no. 1520) Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
mengatakan, “Haji dan umroh termasuk jihad. Karena dalam amalan tersebut
seseorang berjihad dengan harta, jiwa dan badan. Sebagaimana Abusy Sya’tsa’
berkata, ‘Aku telah memperhatikan pada amalan-amalan kebaikan. Dalam shalat,
terdapat jihad dengan badan, tidak dengan harta. Begitu halnya pula dengan
puasa. Sedangkan dalam haji, terdapat jihad dengan harta dan badan. Ini
menunjukkan bahwa amalan haji lebih afdhol’.” (Lathoif Al Ma’arif, 403)
4.Balasan bagi haji mabrur adalah surga, ini sungguh balasan yang luar
biasa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain
surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349). Apa itu Haji Mabrur?
Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Haji mabrur adalah jika sepulang
haji menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan merindukan akherat.” Al
Qurthubi rahimahullah menyimpulkan, “Haji mabrur adalah haji yang tidak dikotori
oleh maksiat saat melaksanakan manasik dan tidak lagi gemar bermaksiat setelah
pulang haji.” (Tafsir Al Qurthubi, 2/408) An Nawawi rahimahullah
berkata, “Pendapat yang paling kuat dan yang paling terkenal, haji mabrur
adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa, diambil dari kata-kata ‘birr’ yang
bermakna ketaatan. Ada juga yang berpendapat bahwa haji mabrur adalah haji yang
diterima. Di antara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya perubahan
menuju yang lebih baik setelah pulang dari pergi haji dan tidak membiasakan
diri melakukan berbagai maksiat. Ada pula yang mengatakan bahwa haji mabrur
adalah haji yang tidak tercampuri unsur riya’. Ulama yang lain berpendapat
bahwa haji mabrur adalah jika sepulang haji tidak lagi bermaksiat. Dua pendapat
yang terakhir telah tercakup dalam pendapat-pendapat sebelumnya.” (Syarh Shahih
Muslim, 9/118-119) Demikianlah kriteria haji mabrur. Kriteria penting
pada haji mabrur adalah haji tersebut dilakukan dengan ikhlas dan bukan atas
dasar riya’, bukan ingin mencari pujian, bukan ingin disebut “Pak Haji”,dan
bukan karena tetangga. Semoga kita termasuk hamba yang mendapatkan haji yang mabrur. Amin..